AKU dan Rupiahku
![]() |
Gambar Uang Rupiah Emisi 2016 ( Dokumentasi Pribadi) |
Entah dibilang aneh atau berlebihan, saya merupakan salah satu orang yang tertarik mengumpulkan uang rupiah tahun emisi 2016. Seorang mahasiswi yang dulu ketika awal keluarnya Uang Rupiah Tahun Emisi 2016 pernah rela tidak jajan siang di kantin kampus karena, uang yang tersisa di dompet hanyalah uang baru “ ah rasanya sayang jajan pakai uang baru “ ujarku dalam hati. Sebagai seorang mahasiswi, saya menyadari bahwa fungsi uang sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai alat transaksi. Memiliki kesempatan untuk mengunjungi beberapa kota di Indonesia melalui beberapa ajang perlombaan, juga menyempatkan saya untuk berjalan-jalan mencari oleh-oleh khas daerah tersebut. Seperti halnya aceh yang terkenal dengan kopi dan bakpia sabang, makasar dompet pesta dan medan dengan bolu meranti. Semua itu, saya beli dengan menggunakan uang rupiah sebagai alat pembayaran.
![]() |
Tas pesta Makasar ( dibeli pada saat berkunjung ke Makasar, harga : Rp.15.000) |
Bahkan
pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, rupiah merupakan alat
pembayaran yang sah sehingga wajib digunakan dalam kegiatan perekonomian di
wilayah NKRI. Ketentuan mengenai kewajiban penggunaan Rupiah tersebut juga
kembali dipertegas melalui peraturan Bank Indonesia (PBI) No.17/3/pbi/2015 dan
Surat Edaran (SE) No.17/11/DKSP tentang kewajiban Penggunaan Rupiah di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. “ Adapun setiap orang yang tidak
menggunakan Rupiah di wilayah NKRI dan menolak Rupiah untuk pembayaran di
wilayah NKRI akan dihukum dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun dan pidana
denda paling banyak Rp 200 juta”. Hal ini telah menjelaskan bahwa kita harus
mencitai rupiah sebagai mata uang kita. Dimulai dari gerakan cinta rupiah yang
harus ditanamkan sejak kecil, karena rupiah adalah sebuah simbol kedaulatan,
simbol NKRI yang kita pegang sehari-hari sebagai alat yang mempersatukan kita
sebagai bangsa, Indonesia.
Gerakan Cinta Rupiah
Kadang
kita telalu terfokus dengan apa yang orang lain miliki, menganggap seolah hal
itu sempurna, sampai lupa bahwa sebenarnya yang kita miliki jauh lebih baik dan
sempurna jika kita sendiri mencintai dan menghargainya. seperti halnya mata
uang, banyak dari kita yang lebih menghargai mata uang asing. Ketika salah
seorang kerabat memberikan kita mata uang asing, kebanyakan dari kita cenderung
sangat menghargai mata uang asing tersebut, menjaganya agar tidak terlipat dan
sobek, lalu bagaimana perlakuan kita terhadap mata uang kita Rupiah ?.
Seringkali ditemukan uang rupiah yang telipat, sobek bahkan banyak coretan
dalam uang tersebut. kecintaan kita terhadap mata uang negara kita sendiri,
perlu dan patut untuk dipertanyakan.
Salah
satu solusi yang diberikan untuk meningkatkan kecintaan terhadap Rupiah dilakukan
oleh Bank Indonesia. Gerakan Cinta Rupiah” yang digalakan oleh Bank Indonesia untuk
mengajak masyarakat menunjukan rasa bangga terhadap Indonesia. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang (UU Mata Uang), Rupiah
adalah satu-satunya alat pembayaran yang sah di wilayah NKRI. Rupiah merupakan
salah satu simbol kedaulatan negara yang wajib dihormati dan dibanggakan oleh
seluruh warga negara Indonesa. Dengan demikian, sudah menjadi kewajiban bagi
seluruh masyarakat Indonesia untuk menggunakan uang Rupiah dalam setiap
transaksi di wilayah NKRI.
Seiring
dengan banyaknya kenyataan yang cenderung melecehkan mata uang Rupiah, Bank
Indonesia memberikan suatu inovasi dengan memberikan sosialisasi berupa “
Gerakan 5 Jangan” terhadap Cinta Rupiah, yaitu :
1. Jangan
dilipat
2. Jangan
dicoret
3. Jangan
disteples
4. Jangan
diremas
5. Jangan
Basah
![]() |
sumber : Google.com |
Hal
ini dilakukan tidak lain bertujuan untuk menjaga nilai kegunaan dari mata uang
Rupiah itu sendiri karena, banyak dijumpai masyarakat perbatasan yang
menggunakan mata uang asing untuk transaksi. Hal ini memang sekilas terlihat sederhana, tapi
apabila dibiarkan begitu saja hal ini akan berdampak pada nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing melemah. Maka dari itu kita seharusnya mencintai dan
menggunakan mata uang Rupiah kita dalam setiap transaksi, karena setiap lembar
rupiah kita merupakan wujud kedaulatan kita sebagai negara Indonesia. Rupiah
sebagai simbol pemersatu kita semoga tak hanya menjadi sebuah simbol, tapi
dapat terimplementasi sebagai wujud nyata kita dalam menjaga dan mencintai mata
uang negara kita yaitu Rupiah.
Rupiah Yang Tertukar
Rupiah
itulah mata uang negaraku, mata uang yang cukup memberikan banyak cerita dalam
hidupku dan orang-orang di sekelilingku. Masih teringat, sekitar bulan Juni
2017 lalu saat berkumpul dengan teman-teman SMA, Seorang temanku Olivia membagi
ceritanya tentang uang rupiah tahun emisi 2016. Cerita yang menurut saya lucu
dan mungkin juga pernah dialami oleh beberapa orang. Menjadi seorang mahasiswi
yang sering menggunakan transportasi umum membuat oliv sapaanya, sangat
membutuhkan uang sebagai alat transaksi pembayaran. Ditambah lagi dengan era
modern ini banyaknya transportasi online,sangat
memudahkan orang-orang dalam berpergian.
Suatu
hari ketika pulang kuliah, oliv memesan salah satu kendaraan dengan menggunakan
sistem online. Biaya perjalanan dari
kampus ke rumah oliv sebesar Rp 20.000. ketika sampai dirumah oliv membayar
uang tersebut kepada driver online
dan oliv pun turun menuju rumah Pada sore harinya, ada panggilan masuk dari hp
oliv yang ternyata itu dari driver online
tadi. Driver tersebut mengatakan
bahwa uang yang oliv berikan bukanlah Rp. 20.000 tapi Rp.2000. Sungguh, cerita
oliv cukup mengundang gelak tawa kami pada saat itu. Untunglah driver online dan oliv menyelesaikan permasalahan itu dengan
oliv mengisikan pulsa sebesar Rp.20.000 kepada driver tersebut. Sungguh Rupiah yang tertukar memberikan cerita
sendiri bagi oliv dan kami yang mendengarkan cerita tersebut.
![]() |
Kemiripan Uang Rp. 2000 dan Rp. 20.000 Jangan sampai tertukar (Dokumentasi Pribadi) |
The Miracle Of Coins
![]() |
Dokumentasi Pribadi |
Tak
hanya cerita tentang Oliv, Rupiah juga melekat erat pada ingatanku tentang
cerita kakak kandungku, Lydia Valensia. Kakakku adalah seseorang yang
berprofesi sebagai guru, sekitar tahun 2008 silam kakakku diberikan temannya
sebuah uang koin mata uang dari luar negeri. Temannya berkata “aku memberimu
uang koin ini, karena dulu temanku dari kamboja memberikan uang koin kepada aku
dan lihat aku berhasil ikut program untuk guru ke luar negeri. Suatu hari nanti
aku harap kamu juga bisa seperti aku”. Itulah kalimat motivasi yang teman
kakakku katakan kepada kakakku.
Pasang
surut semangat ini, ingin belajar ke Luar negeri , memberi contoh kepada
peserta didik arti sebuah perjuangan dan
berbagi kisah dengan mereka, ujar kakaku yang memiliki semangat tinggi untuk
keluar negeri. Juni 2010, kakak terpilih untuk mewakili sekolah dalam program sister school ke The Height School, Adelaide South Australia. Yah impiannya
tercapai untuk keluar negeri melihat, mengamati negara lain, sekolah, proses
pembelajaran dan menjalin pertemanan dengan kerabat di luar negeri dengan patner teacher Kaye Grund dan Lyndall
Craker yang luar biasa seperti keluarga terus berlanjut sampai saat ini. Ketika
ingin pulang ke Indonesia, kakak memberikan uang koin Rupiah kepada Kaye, berharap
hal yang sama yang kakak rasakan terulang kembali kepada Kaye. “ Aku memberimu
uang koin rupiah ini, karena dulu ada seorang temanku yang memberiku uang koin
luar negeri kepadaku dan dia berhasil ikut program guru keluar negeri. Aku
harap keberuntungan itu juga terjadi padamu Kaye, semoga kamu bisa mengunjungi
negaraku Indonesia” itulah kalimat yang kakak katakan Pada Kaye, yang ia
ceritakan kepada kami adik-adiknya ketika telah sampai di Indonesia.
![]() |
Foto bersama dengan siswa di Eastern Flerieu School |
![]() |
Perkenalan dengan siswa di Eastern Flerieu School |
Entah sebuah kebetulan atau sebuah doa yang
terkabul,The Miracle Of Coins itu
seolah benar-benar ada. 2015 silam Kaye beserta
suaminya benar-benar mengunjungi negara Indonesia. Mengunjungi sekolah tempat
kakak mengajar, mengunjungi rumah kami dan bercerita dengan kami sekeluarga, sungguh
sangat senang bertemu dengan Kaye disamping bisa berbicara langsung dengan
orang luar, Kaye orangnya sangat baik dan friendly
walaupun umurnya cukup jauh dengan saya, tapi beliau sangatlah ramah, berbagi
cerita tentang perjalanannya sampai cerita anaknya yang sekarang berada di
Germany, keren!.
Foto bersama Kaye beserta Suami (Dokumentasi penulis) |
Makan malam bersama Kaye beserta Suami di Kampung Kapitan |
Foto Bersama di Kampung Kapitan Palembang |
Sungguh,
Rupiah memberikan cerita tersendiri bagi setiap orang. Mulai dari cerita saya
yang tertarik mengumpulkan uang rupiah emisi 2016, oliv dengan cerita rupiah
yang tertukar sampai kakakku tentang keajaiban koin rupiahnya. Rupiah memang
memiliki tempat tersendiri di hati, dididik dan dibesarkan di negara Indonesia membuat
rupiah rasanya tak asing lagi di mata saya. Banyak cara gerakan cinta rupiah
yang dapat kita lakukan seperti menjaga uang rupiah untuk tidak dicoret dan
lebih menghargai uang rupiah, investasi dan menabung dengan uang rupiah sampai
hal lain seperti kakak yang turut memperkenalkan rupiah kepada temannya di luar
negeri. Rupiah yang merupakan salah satu simbol kedaulatan negara, sudah sangat
wajib untuk kita hormati, kita banggakan dan kita jaga, karena kalau bukan kita
warga Negara Indonesia siapa lagi yang akan mencintai mata uang kita. Mari
bersama kita cintai Rupiah!.
#GerakanCintaRupiah #BankIndonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar